Sabtu, 01 Oktober 2011

Keutamaan Iman




Diantara keutamaan-keutamaan iman yang itu merupakan buah dari keimanan seorang
muslim dan akan nampak pada segi amalan lahiriyah-nya adalah mereka sangat bersemangat
untuk bisa memberikan kemanfaatan kepada saudaranya sesama muslim, baik itu berbentuk
pengajaran ilmu yang bermanfaat atau bantuan yang berupa materi atau paling minimal ia
akan mendoakan kebaikan padanya.

Hanya saja hal ini timbul disebabkan adanya sisi kebersamaan didalam keimanan. Dan
hal tersebut akan memberikan sebuah konsekuensi adanya suatu ikatan persaudaraan diantara
sesama kaum mukminin. Dengan timbulnya suatu ikatan persaudaraan diantara kaum
mukminin, pada akhirnya, akan membuahkan hasil yang menggembirakan berupa saling
mencintai dan saling mendoakan dengan kebaikan diantara mereka.

Mereka mendoakan
ampunan bagi saudara-saudara mereka yang telah mendahului mereka dalam keimanan, yaitu
para shahabat (Muhajirin dan Anshar) Radhiallahu ‘anhum.
Perlu diketahui, bahwasanya amalan yang seperti ini merupakan bukti dan petunjuk
yang kuat dan jelas akan kejujuran dan kesempurnaan keimanan seseorang. Sebab bagaimana
tidak sedangkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya
apa-apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri (dari segala hal yang baik).” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)

Maka jika engkau mendoakan bagi saudaramu suatu kebaikan apapun tanpa sepengetahuannya
bahwa engkau telah mendoakannya dan juga tanpa adanya wasiat dari dirinya untuk minta
didoakan dengan sesuatu, maka hal itu merupakan suatu petunjuk akan kecintaanmu yang
jujur kepada saudaramu tersebut. Ini juga berarti bahwa engkau benar-benar menginginkan
suatu kebaikan ada pada diri saudaramu sebagaimana engkau menginginkan kebaikan itu ada
pada dirimu sendiri.

Doa Yang baik…
Pertama: Ikhlash karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hendaknya seseorang yang berdoa mengikhlashkan di dalam doanya menengadah kepada Allah Subhanahu wa

Ta’ala dengan hati yang khusyu’, bersandar hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena ia tahu bahwa hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mampu mengabulkan doanya, dan berharap penuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk terkabulnya doa tersebut.

Kedua: Merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Ketika berdoa merasa dalam kondisi sangat butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sesungguhnya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa mengabulkan doa orang yang dalam kesulitan serta bisa menghilangkan musibah/kesusahan yang menimpanya.
Adapun orang yang berdoa dalam keadaan merasa tidak butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan tetapi ia berdoa sebagai kebiasaan saja, maka yang demikian tidak pantas untuk dikabulkan doanya.

Ketiga: Meninggalkan makanan yang haram
Hendaknya ia meninggalkan makan dari makanan yang haram, karena makan dari makanan yang haram akan
menjadi penghalang dikabulkannya doa seseorang. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shohih dari asulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah baik dan Ia tidaklah menerima
kecuali yang baik. Dan sungguh Allah telah memerintahkan orang-orang yang beriman (kaum mukminin) dengan apa-apa yang Ia perintahkan kepada para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai para rasul, makanlah
dari sesuatu yang baik dan beramallah dengan amalan sholih.’ Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari sesuatu yang baik apa-apa yang telah kami rizkikan kepada kalian.’

Kemudian beliau menyebutkan, ada seorang laki-laki yang sedang berpergian jauh dalam keadaan rambutnya kusut masai dan berdebu, kemudian menengadahkan kedua tangannya ke atas (ke arah langit) dan berkata:

‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku!’ sementara makanannya adalah haram, minumannya adalah haram, pakaiannya adalah haram, dan ia diberi makan dari hasil yang haram. Maka, bagaimana bisa dikabulkan doanya?” (HR. Muslim)

New Search